Minggu, 08 Desember 2013
Drs. H. Hendro Martojo, MM mengunjungi Kebun Jeruk
Belajar dari Bapak Hendro Martojo
Belajar dari Bapak Hendro Martojo
Ada beberapa sikap Hendro yang dinilai oleh Kiai Sahal, yang kemudian memunculkan karakter kepemimpinan yang kuat dan lengkap. Penilaian mengenai kepemimpinan itu berdasarkan atas hal-hal yang disaksikan oleh ulama karismatik itu sendiri.
- Pertama; Mbah Sahal menilai Hendro memiliki perhatian besar terhadap pengembangan masyarakat.
- Kedua; wataknya tidak berubah, baik ketika menjadi camat, sekda maupun bupati.
- Ketiga, sikapnya tawadu, selalu rendah hati, dan santun.
- Keempat; cara bicara argumentatif dan normatif juga menjadi catatan kiai sepuh tersebut.
- Kelima; penilaian atas sikapnya yang bersahaja, dari cara hidup hingga pakaian yang dikenakan.
- Keenam; perilaku yang baik itu sudah jadi watak, bukan seperti watuk (batuk) yang bisa berubah-ubah, dibuat-buat dan umat-umatan. Mbah Sahal menutup pengantarnya dengan menulis bahwa Hendro memang patut menjadi teladan bagi siapa saja yang memimpin masyarakat.
Sementara itu, Habib Luthfi menuliskan lima sikap yang diketahuinya, yaitu ulet dan tidak mudah putus asa, familiar, memiliki hubungan baik dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, memiliki rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan tinggi, serta memiliki intelektualitas sebagai pemimpin.
Adapun Gubernur Bibit Waluyo saat berkunjung ke Benteng Portugis Jepara tahun lalu, menilai Hendro sebagai pemimpin yang ethes sehingga pembangunan Jepara dikenal baik dan merata.
Banyak cara yang digunakan Hendro untuk memimpin Jepara selama 10 tahun. Ia memiliki bekal lengkap sebagai seorang pemimpin. Ia paham benar cara menggerakkan mesin birokrasi menuju ke good governance yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat, akuntabilitas, transparansi, taat hukum dan adil, termasuk menjunjung tinggi budaya, etika, dan hierarki birokrasi, sehingga tak pernah merasa jadi raja kecil.
Hendro juga menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin yang tidak hanya memiliki kompetensi kepemimpinan yang kreatif, inovatif, dan komunikatif, tetapi juga melaksanakan fungsinya sebagai coach yang senantiasa melatih, mendidik, membina, mendorong, dan memberdayakan jajarannya, Ia menjadi guru yang tiap saat nglanthing bukan saja untuk hal yang bersifat kebijakan melainkan sering ’’terpaksa’’ masuk wilayah teknis.
Fungsi sebagai juru bicara juga tidak diragukan. Ia pintar memberikan penjelasan disertai penguasaan data lengkap sehingga pemikiran, ide, dan gagasannya mudah dipahami. Ia juga cepat melihat dan memahami fakta dan mengambil kesimpulan dengan menghubungan dengan fakta-fakta yang lain. Hendro senantiasa memberikan arah terhadap munculnya perubahan, gagasan baru, terobosan dan bahkan nilai tambah yang bermanfaat bagi kemajuan daerah.
Ia juga memanfaatkan banyak saluran komunikasi, baik melalui saluran media maupun komunikasi pribadi dengan banyak kalangan.
Mungkin tidak banyak bupati/ wali kota yang dengan tlaten, gaten, dan open menjawab sendiri SMS di ponselnya. Konsistensi yang lain adalah jumatan keliling, krida pembangunan dan dialog dengan petani serta berusaha menerima kelompok masyarakat.
Getap yang merupakan perpaduan sikap peka, tanggap, dan cepat melangkah sering kali dia tunjukkan ketika mendapatkan informasi terjadi bencana. Ia sering kali datang lebih awal ketimbang seorang camat. Kepemimpinan formal Hendro akan berakhir 5 Maret nanti.
Banyak catatan prestasi yang mungkin bisa saja dilupakan tetapi cara dia membangun tali silahturahmi, akan mengakar lama di hati masyarakat Jepara.
Mungkin tidak banyak bupati/ wali kota yang dengan tlaten, gaten, dan open menjawab sendiri SMS di ponselnya. Konsistensi yang lain adalah jumatan keliling, krida pembangunan dan dialog dengan petani serta berusaha menerima kelompok masyarakat.
Getap yang merupakan perpaduan sikap peka, tanggap, dan cepat melangkah sering kali dia tunjukkan ketika mendapatkan informasi terjadi bencana. Ia sering kali datang lebih awal ketimbang seorang camat. Kepemimpinan formal Hendro akan berakhir 5 Maret nanti.
Banyak catatan prestasi yang mungkin bisa saja dilupakan tetapi cara dia membangun tali silahturahmi, akan mengakar lama di hati masyarakat Jepara.
Kamis, 05 Desember 2013
Berencana Bikin Rumah Baca untuk Warga
Dalam hitungan hari, Hendro Martojo akan lengser dari jabatannya sebagai bupati Jepara. Dia bakal melepas jabatan yang disandangnya dua periode itu pada 5 Maret mendatang. Hendro berbagi pengalaman sebagai ’’komandan’’ birokrasi Jepara.
SUDAH 15 tahun Hendro Martojo menempati kompleks Pendapa Kabupaten Jepara, mulai saat menjabat sektetaris daerah (sekda) selama lima tahun, lalu menjadi bupati periode pertama pada 2002-2005, dan periode kedua 2007-2012.
’’Saya masih bekerja seperti biasa, sampai 5 Maret nanti,’’ kata Hendro di ruang kerjanya, pekan kemarin.
Kebiasaan yang sering dilakukannya adalah berkeliling desa-desa, baik hadir dalam sebuah acara resmi maupun silaturahmi biasa dengan masyarakat. Menyambangi dan berdialog langsung merupakan cara Hendro dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, selain komunikasi tanpa tedeng aling-aling melalui pesan singkat (SMS).
Baru-baru ini, dia menerima SMS dari seorang ibu. Setelah saling berbalas SMS, ibu itu ternyata bakul ikan di Kelurahan Ujungbatu, Jepara, yang ingin bersalaman dengannya di ruang kerja bupati. Hendro akhirnya titip pesan ke Satpol PP yang bertugas di setda untuk menerima tamu sebagaimana ciri-ciri yang disebut.
’’Akhirnya ibu itu ketemu di ruangan saya, ngobrol, salaman dan pulang,’’ tutur Hendro.
Hendro, yang namanya kini menjadi laman berita daerah melalui www.hendromartojo.info, dikenal sebagai pemimpin yang mempunyai mobilitas dan daya jelajah tinggi. Hampir setiap hari, kalau tidak ada acara dinas penting, ia menyempatkan diri untuk berkeliling ke desa-desa.
Di samping itu, Hendro juga dikenal sebagai figur pimpinan yang dekat dengan berbagai kalangan. Salah satu ciri yang menonjol dari dirinya adalah kebiasaan bersilaturahmi atau mengunjungi masyarakat dan tokoh masyarakat dari berbagai golongan dan lapisan. Ia berprinsip, dengan membiasakan silaturahmi dan komunikasi dua arah, maka tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan.
Karena itu, SMS menjadi ruang aspirasi yang sangat ia perhatikan. Ia mengaku rata-rata tiap hari menerima 50 SMS. Jika musim hujan dengan potensi bencana alam tinggi, jumlah SMS yang masuk bisa berlipat-lipat.
Padahal, tiap satu aduan atau satu SMS, ia setidaknya harus meladeninya dengan empat atau lima SMS. Sebab dia akan berkirim ke pejabat terkait, lalu mengembalikan ke warga dalam nuansa tanya jawab mencari jalan keluar.
’’Komunikasi model SMS ini 24 jam. Ya, gimana lagi, memang seperti ini alamnya,’’ tutur Hendro.
Kedekatan dan pola komunikasi dua arah itu yang membuat dia dekat dengan warga. Dalam setiap dialog interaktif di Radio Kartini (milik Pemkab), penelepon secara terbuka menyampaikan terima kasih atas kepemimpinannya. Bahkan tempo hari, beberapa penelepon menyatakan ”Pak Hendro bupati abadi”.
Di banyak forum, banyak pula yang bertanya, akan ke mana setelah lengser. Hendro tak pernah menjawab secara pasti, kecuali keinginan untuk hidup mengalir.
’’Rumah saya di Jepara (Perumahan Tahunan) masih dikontrak orang sampai Juni nanti, jadi belum bisa langsung saya tempati. Sementara nanti ikut anak di Pucang Gading (Semarang-red),’’ kata Hendro.
Ingin jadi anggota DPR? Hendro mengaku belum berpikir ke situ. ’’Kalau yang sudah pasti ya membuat Lembaga Pelestari Ukir, Tenun dan Batik Jepara,’’ kata Hendro.
Itu adalah lembaga yang dia dirikan dengan tujuan untuk mengkaji sekaligus nguri-uri kekayaan seni budaya Jepara.
Pria kelahiran Pati, 22 Oktober 1953 itu sempat berpikir untuk membikin lembaga advokasi yang bertalian dengan otonomi daerah, dengan basis yang lebih luas. Namun hal itu masih dalam bentuk gagasan.
Satu hal yang diakui Hendro, Jepara adalah bagian penting dalam pengabdiannya selama menjadi birokrat. Mulai dari menjadi pegawai negeri sipil kelas bawah, camat, hingga bupati. Karena itu dia akan menempatkan Jepara sebagai bagian dari aktivitasnya setelah tidak lagi menjabat bupati.
Akhir pekan kemarin, suami dari Endang Budhiwati itu memberesi ratusan buku koleksinya di ruang peringgitan pendapa kabupaten. Itu adalah buku-buku bacaannya selama bertempat di pendapa yang juga pernah ditinggali Raden Ajeng Kartini.
Hendro, yang dalam beberapa tahun terakhir mengampanyekan budaya membaca, berencana mendirikan sebuah rumah kecil untuk perpustakaan di desa. ’’Ada lahan sedikit di Desa Teluk Awur (Jepara-red). Masih rawa-rawa. Sekarang baru diuruk, nanti bisa untuk gubuk atau ruang baca warga,’’ tuturnya.
Dalam beberapa tahun ini, Hendro menggalakkan operasionalisasi perpusatkaan keliling. Ia melihat budaya membaca sejak dini sebagai investasi penting pembangunan sumber daya manusia. Karena itu upaya untuk mendekatkan anak-anak di desa pelosok dengan buku terus dilakukan. Beberapa tempat sudah dirikan ruang baca, termasuk di kapal penyeberangan Jepara-Karimunjawa.
Hendro memang belum mengungkapkan rencana besarnya setelah lengser, karena saat ini lebih memilih untuk menyiapkan kegiatan-kegiatan ringan.
sumber: www.suaramerdeka.com
SUDAH 15 tahun Hendro Martojo menempati kompleks Pendapa Kabupaten Jepara, mulai saat menjabat sektetaris daerah (sekda) selama lima tahun, lalu menjadi bupati periode pertama pada 2002-2005, dan periode kedua 2007-2012.
’’Saya masih bekerja seperti biasa, sampai 5 Maret nanti,’’ kata Hendro di ruang kerjanya, pekan kemarin.
Kebiasaan yang sering dilakukannya adalah berkeliling desa-desa, baik hadir dalam sebuah acara resmi maupun silaturahmi biasa dengan masyarakat. Menyambangi dan berdialog langsung merupakan cara Hendro dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, selain komunikasi tanpa tedeng aling-aling melalui pesan singkat (SMS).
Baru-baru ini, dia menerima SMS dari seorang ibu. Setelah saling berbalas SMS, ibu itu ternyata bakul ikan di Kelurahan Ujungbatu, Jepara, yang ingin bersalaman dengannya di ruang kerja bupati. Hendro akhirnya titip pesan ke Satpol PP yang bertugas di setda untuk menerima tamu sebagaimana ciri-ciri yang disebut.
’’Akhirnya ibu itu ketemu di ruangan saya, ngobrol, salaman dan pulang,’’ tutur Hendro.
Hendro, yang namanya kini menjadi laman berita daerah melalui www.hendromartojo.info, dikenal sebagai pemimpin yang mempunyai mobilitas dan daya jelajah tinggi. Hampir setiap hari, kalau tidak ada acara dinas penting, ia menyempatkan diri untuk berkeliling ke desa-desa.
Di samping itu, Hendro juga dikenal sebagai figur pimpinan yang dekat dengan berbagai kalangan. Salah satu ciri yang menonjol dari dirinya adalah kebiasaan bersilaturahmi atau mengunjungi masyarakat dan tokoh masyarakat dari berbagai golongan dan lapisan. Ia berprinsip, dengan membiasakan silaturahmi dan komunikasi dua arah, maka tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan.
Karena itu, SMS menjadi ruang aspirasi yang sangat ia perhatikan. Ia mengaku rata-rata tiap hari menerima 50 SMS. Jika musim hujan dengan potensi bencana alam tinggi, jumlah SMS yang masuk bisa berlipat-lipat.
Padahal, tiap satu aduan atau satu SMS, ia setidaknya harus meladeninya dengan empat atau lima SMS. Sebab dia akan berkirim ke pejabat terkait, lalu mengembalikan ke warga dalam nuansa tanya jawab mencari jalan keluar.
’’Komunikasi model SMS ini 24 jam. Ya, gimana lagi, memang seperti ini alamnya,’’ tutur Hendro.
Kedekatan dan pola komunikasi dua arah itu yang membuat dia dekat dengan warga. Dalam setiap dialog interaktif di Radio Kartini (milik Pemkab), penelepon secara terbuka menyampaikan terima kasih atas kepemimpinannya. Bahkan tempo hari, beberapa penelepon menyatakan ”Pak Hendro bupati abadi”.
Di banyak forum, banyak pula yang bertanya, akan ke mana setelah lengser. Hendro tak pernah menjawab secara pasti, kecuali keinginan untuk hidup mengalir.
’’Rumah saya di Jepara (Perumahan Tahunan) masih dikontrak orang sampai Juni nanti, jadi belum bisa langsung saya tempati. Sementara nanti ikut anak di Pucang Gading (Semarang-red),’’ kata Hendro.
Ingin jadi anggota DPR? Hendro mengaku belum berpikir ke situ. ’’Kalau yang sudah pasti ya membuat Lembaga Pelestari Ukir, Tenun dan Batik Jepara,’’ kata Hendro.
Itu adalah lembaga yang dia dirikan dengan tujuan untuk mengkaji sekaligus nguri-uri kekayaan seni budaya Jepara.
Pria kelahiran Pati, 22 Oktober 1953 itu sempat berpikir untuk membikin lembaga advokasi yang bertalian dengan otonomi daerah, dengan basis yang lebih luas. Namun hal itu masih dalam bentuk gagasan.
Satu hal yang diakui Hendro, Jepara adalah bagian penting dalam pengabdiannya selama menjadi birokrat. Mulai dari menjadi pegawai negeri sipil kelas bawah, camat, hingga bupati. Karena itu dia akan menempatkan Jepara sebagai bagian dari aktivitasnya setelah tidak lagi menjabat bupati.
Akhir pekan kemarin, suami dari Endang Budhiwati itu memberesi ratusan buku koleksinya di ruang peringgitan pendapa kabupaten. Itu adalah buku-buku bacaannya selama bertempat di pendapa yang juga pernah ditinggali Raden Ajeng Kartini.
Hendro, yang dalam beberapa tahun terakhir mengampanyekan budaya membaca, berencana mendirikan sebuah rumah kecil untuk perpustakaan di desa. ’’Ada lahan sedikit di Desa Teluk Awur (Jepara-red). Masih rawa-rawa. Sekarang baru diuruk, nanti bisa untuk gubuk atau ruang baca warga,’’ tuturnya.
Dalam beberapa tahun ini, Hendro menggalakkan operasionalisasi perpusatkaan keliling. Ia melihat budaya membaca sejak dini sebagai investasi penting pembangunan sumber daya manusia. Karena itu upaya untuk mendekatkan anak-anak di desa pelosok dengan buku terus dilakukan. Beberapa tempat sudah dirikan ruang baca, termasuk di kapal penyeberangan Jepara-Karimunjawa.
Hendro memang belum mengungkapkan rencana besarnya setelah lengser, karena saat ini lebih memilih untuk menyiapkan kegiatan-kegiatan ringan.
sumber: www.suaramerdeka.com
Drs. H. HENDRO MARTOJO,MM
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Terima kasih, anda telah berkunjung di Site Hendro Martojo, site ini kami bangun dalam rangka mempererat tali silaturhami dengan warga masyarakat masyarakat Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak .
Sebagai mantan Bupati Jepara selama dua periode , periode I tahun 2002 – 2007 berpasangan dengan H Ali Irfan Mukhtar BA dan Periode II tahun Pebruari 2007 sampai 2012 berpasangan dengan H. Ahmad Marzuki, SE bukan berarti tidak mempunyai kegiatan sama sekali, begitu beliau memasuki masa purna tugas langsung didaulat oleh DHD Kejuangan 45 Jawa Tengah untuk memperkuat kepengurusan bersama Bapak Suparto sebagai Ketua IV.
Untuk sementara saat ini tinggal bersama putranya di Semarang sambil menunggu rumahnya yang berada di Griya Tahunan Indah bisa ditempati, walau berdomisilio di Semarang beliau masih tetap sering ke Jepara, selain Bu hendro yang asli Jepara juga beliau masih mempunyai tugas sebagai Pembina yayasan yatim piatu Miftakhul Jannah yang didirikannya beberapa tahun yang lalu.
Semangat untuk erus bekerja dan mengabdi kepada masyarakat tak pernah lekang, sehingga pada tahun 2014 nanti beliau merencanakan untuk mencalonkan diri sebagai angota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI). Mohon do’a restu …..
Wassalam
Hendro Martojo dan Jabir Mendaftar Calon Anggota DPD
SEMARANG - Minat tokoh masyarakat untuk mendaftar calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) masih besar. Rabu (17/4) kemarin, tiga tokoh mendaftar, yakni mantan Bupati Jepara Hendro Martojo, Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Anshor Jawa Tengah Jabir Alfaruqi, dan tokoh masyarakat Temanggung Heryanto.
Hendro mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jateng dengan membawa 9.300 bukti dukungan. Bupati Jepara periode 2002-2007 itu terdorong untuk mendaftar karena ingin mewakili masyarakat di daerah yang aspirasinya sulit didengar oleh pemerintah pusat. "Dukungan dibuktikan dengan KTP," katanya.
Hendro merasa yakin bakal terpilih karena banyak elemen masyarakat yang mendukungnya. Pengalamannya sebagai bupati juga membuatnya yakin dapat berbuat banyak sebagai anggota DPD.
Senada, Jabir juga tertarik duduk di senayan melalui keanggotaan DPD untuk memperjuangkan aspirasi rakyat Jawa Tengah. "Saya yakin DPD memiliki peran besar sebagai jembatan aspirasi rakyat," tutur mantan Koordinator Komite Penyelidikan Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme Jawa Tengah itu.
Arak-arakan
Selain keduanya, Ketua Remaja Masjid Agung Jawa Tengah Ahsan Fauzi, juga berencana mendaftar. Ia menyatakan sudah mengantongi semua persyaratan, termasuk bukti dukungan. "Persyaratan semua sudah siap, tinggal nunggu momen untuk mendaftar ke KPU. Rencananya mau hari ini, tapi kata teman-teman nunggu atribut untuk arak-arakan ke kantor KPU," katanya.
Pria kelahiran Demak, 27 tahun lalu itu ingin menjadi anggota DPD karena merasa terpanggil memberdayakan pemuda di Jawa Tengah. Dia ingin membuktikan, bahwa pemuda seperti dirinya bisa berperan untuk masyarakat. "Saya ingin membuktikan, bahwa pemuda itu juga bisa dan mampu berkiprah untuk masyarakat," ujar alumni IAIN Walisongo Semarang itu.
Anggota KPU Jateng Divisi Pencalonan, Nuswantoro Dwiwarno mengatakan, pengusaha asal Banyumas Totok Dirgantoro menjadi pendaftar pertama calon anggota DPD. Totok yang mendaftar pada Minggu (14/4) siang, membawa sekitar 10 ribu bukti dukungan. Sejak dibuka 9 April lalu, hingga kemarin sudah empat orang pendaftar. Selain Totok, Hendro, dan Jabir, satu lagi pendaftar adalah ada tokoh masyarakat asal Temanggung bernama Heryanto. "Pak Heryanto juga mendaftar tadi (kemarin), jumlah dukungannya cukup, artinya sudah lebih dari lima ribu," katanya.
KPU akan membuka pendaftaran hingga 22 April. Untuk mendaftar, bakal calon anggota DPD harus menyerahkan bukti dukungan minimal 5000 orang. Pendukung itu harus tersebar di 18 kabupaten kota di Jateng. Dukungan dibuktikan dengan tanda tangan pada formulir pernyataan dilampiri fotokopi KTP. "KPU selanjutnya akan melakukan verifikasi dengan mengambil 10 persen dari jumlah dukungan," kata Nuswantoro.(H68,J17-90)
sumber: www.suaramerdeka.com
Hendro Martojo Terima Upakarti
Penghargaan itu diberikan kepada mereka yang telah berdedikasi tinggi dalam melakukan sesuatu secara luar biasa dalam pengembangan industri kecil-menengah. Selain itu, penghargaan diberikan bagi mereka yang merintis pengembangan teknologi industri yang bermanfaat dan menemukan desain produksi yang inovatif.
Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan, penghargaan ini ditujukan untuk mendorong partisipasi masyarakat luas. Mulai 1995, penghargaan Upakarti juga diberikan kepada bupati dan wali kota yang memiliki peranan besar dalam membangun industri UKM di daerahnya masing-masing.
Hendro Martojo mengatakan penghargaan itu merupakan pengakuan dari pemerintah mengenai sistem yang selama ini dibangun di Jepara, yang dibangun dalam rangka mengembangkan industri kecil menengah.
’’Yang dimaksud adalah dengan mengembangkan cluster. Di antaranya adalah cluster patung, cluster khusus pakaian/tenun ikat, cluster monel, cluster gerabah, cluster rotan dan bambu serta cluster relief,’’ tuturnya.
Pembinaan itu efektif untuk mendatangkan para pembeli dan meningkatan kualitas serta desain. Penghargaan ini juga merupakan pengakuan dari pemerintah kebijakan pembangunan Jepara sudah tepat.
’’Salah satunya Jepara Trade and Design Center yang kita miliki, yang berfungsi sebagai pusat promosi, informasi, desain dan advokasi HAKI. Meski baru dua tahun, namun kami berhasil mematenkan mebel jepara, blenyik (teri), dan kacang listrik,’’ tambahnya.
Selain itu, lanjut Hendro, 99 jenis lung-lungan ukir juga berhasil dipatenkan. Saat ini, pihaknya tengah memperluas teknologi. Antara lain teknologi pengeringan dan lokasi hotspot di 14 kecamatan. ’’Hal ini dimaksudkan agar para pengusaha mudah mengakses internet. Kami juga akan mengadakan pameran untuk memperluas pasar dalam negeri,’’ tuturnya.
Pihaknya juga terus memperluas pangsa pasar luar negeri, khususnya ke negara-negara di Timur Tengah. Sedangkan kendala rutin yang dihadapi, adalah bahan baku yang mahal. ’’Kendala berikutnya, adalah kualitas bahan baku. Meski tersedia, kadang-kadang kualitasnya jelek dan keropos.’’(H28-49)
sumber:
http://m.suaramerdeka.com








